Nasional
Tarling: Melodi Kota Udang Senantiasa Berkembang

Sebelum bernama Tarling, seni pertunjukan ini dikenal dengan sebutan Melodi Kota Udang di Cirebon. Pada 17 Agustus 1962, ketua Badan Pemerintah Harian (BPH, sekarang DPRD) Kabupaten Cirebon, menyebut kesenian itu dengan sebutan tarling. Awal tahun 2016 sebuah lagu Tarling berjudul Juragan Empang yang menjadi hit selama berbulan-bulan di radio swasta sampai saat ini. Musik yang dikenal dengan Tarling Cerbonan/Dermayon ini sangat populer di kawasan pantai utara Jawa Barat sampai Jawa Tengah bagian Barat. Begitu lagu dengan rekaman sederhana ini muncul, bermunculanlah versi lain dengan fusion antara Tarling dan Dangdut dan menjadi hit secara nasional.
Ciri-ciri penting Tarling Cerbonan antara lain berlaras pelog, tembang-tembang (kiser) didominasi dengan iringan petikan gitar melodi dan seruling. Lirik menggunakan bahasa Cerbonan, bertemakan percintaan, persoalan rumah tangga dan melodramatis (lebay). Judul lagunya pun mengundang rasa ingin tahu seperti Laki Blesak (Suami buruk rupa) Kawin Batin (menikah imajiner) Demen bli Diladeni (Sayang tapi tidak diperdulikan).
Instrumen musik dasar yang digunakan pada awal perkembangannya adalah dua buah gitar dan seruling selamjutnya dilenkapi dengan kedang, tamborin, gong dan tutukan. Pada perkembangannya terdapat gitar melodi lead 1 melodi lead 2, gitar bas, suling diatonis, gendang besar dan ketipung, bongo, gong kecrek, tutukan, organ, terompet. Jika tidak disimak betul, orang akan mengira bahwa yang didengar itu musik dangdut, bahkan orang sering terkecoh karena grub Tarling sering mengunakan irama rock untuk bebuka (intro)
Bagi generasi tua mungkin sulit menenikmati Tarling Modern, mereka lebih menyukai lagu klasik (kiser), komposisi modifikasi seni karawitan Cirebon dimainkan dengan laras pelog seperti Kiser Saidah. Lagu tarling klasik mempunyai pola tetap. Tarling klasik yang diciptakan relatif baru oleh Embi C. Noor berjudul Banyu Urip mengisahkan asal muasal (genesis) manusia dan perjalanan hidup dengan perlawanan baik buruk dengan kontemplasi, tanpa menggurui. Kiser Banyu Urip bisa dikatakan berbeda dengan kiser lainnya.
Konon musik yang menkiser Cerbonan ini mewabah sekitar dekade 1930-an. Ketika masyarakat Cirebon, menerimanya sebagai suatu gaya hidup. Bahkan pada 1935, alunan musik tarling juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, dan kendi sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat musik lain berupa baskom dan ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi. Kemudian pada dekade 1960-an, muncul tokoh seperti yakni Abdul Ajib dan Sunarto Marta Atmaja yang berhasil membawa Tarling.dengan kemasan modern. Sampai saat ini Tarling senantiasa diperbarui untuk tetap bertahan di hati para pendukungnya. Seni pertunjukan ini masih menggunakan pola tradisional yaitu interaktif dengan penonton apakah mereka menari dan menyanyi bersama atau sekadar humor dan dialog kecil (Rosa Widyawan).